“ANALISA PEMBAHASAN PENALARAN
DEDUKTIF”
Nama : Galuh Woro Hapsari
NPM : 23213641
Kelas : 3 EB 22
Jurusan : Akuntansi – S1
Dosen : Drs. Budi Santoso, S.E., MM.
Karya tulis ini dikerjakan dalam
rangka tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia 2
Bekasi
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Penulisan Ilmiah ini. Adapun Penulisan ilmiah ini dibuat untuk
melengkapi nilai salah satu mata kuliah di jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Gunadarma dengan mengambil judul “Analisa Pembahasan
Penalaran Deduktif”.
Proses penyelesaian penulisan ilmiah
ini, tidak lepas bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan
bimbingan moril maupun materil yang secara langsung maupun tidak langsung, yang
tentunya sangat membantu penulis dalam menyelasaikan penulisan ilmiah
ini.
Ucapan terima kasih penulis haturkan
kepada :
1.
Ibu Prof. Dr. E.S. Margianti, S.E., MM, selaku Rektor
Universitas Gunadarma.
2.
Bapak Drs. Budi Santoso, S.E., MM., selaku Dosen mata
kuliah ini, yang telah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan ilmiah ini dengan baik.
3.
Kedua Orang tuaku, Ayahanda Widiyanto dan Ibunda
Emilia Sartini. Terima kasih ayah, ibu, kalian yang terbaik.
Akhir kata penulis berharap agar
penulisan ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan, dan atas kebaikan
dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis, penulis doakan mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. amin. Jika ada Saran dan Kritik
penulis dengan senang hati menerimanya. Terima Kasih
Bekasi, November 2015
Penulis
Galuh Woro Hapsari
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
Judul
.........................................................................................................
i
Kata Pengantar ...……….......……..………………...............…………….…….... ii
Daftar Isi ………...……………………………..……………....…….………..... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
..............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
1
1.3 Tujuan
Penulisan .........................................................................................
1
1.4 Manfaat
Penulisan .......................................................................................
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penalaran Deuduktif ....................................................................
BAB 3
PENUTUP
3.1
.................. 6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menulis merupakan
proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan
berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap saat selama hidup kita,
terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berfikir. Menulis merupakan
kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian
gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak
terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya melamun.
Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang
saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis
kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatanbernalar. Dapatlah
dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses
berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan.
Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya,
penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.
Berdasarkan uraian
diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan penalaran merupakan proses
berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga
sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti
penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan
atau tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam
karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan
pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan
pembahasan yang telah dirumuskan diatas sehingga ditarik permasalahan antara
lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Penalaran ?
2. Bagaimana
mengaplikasikan penalaran ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini
diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui maksud
dan hakikat penalaran.
2. Agar bisa
mengaplikasikan penalaran.
3. Agar bisa menyimpulkan
penalaran secara tepat dan logis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Penalaran
Penalaran mempunyai
beberapa pengertian, yaitu: (1) Proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan. (2)
Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan, (3) Proses
menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian
bare. (4) Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat
diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan
variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan.
(5) Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru.[1]
Jadi, Penalaran
karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta
yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu
karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.
2.2
Unsur Penalaran
Berikut ialah
merupakan unsur penalaran karangan ilmiah, yaitu:
1. Topik yaitu ide
sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya
dua variabel.
2. Dasar pemikiran,
pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan
yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3. Proposisi mempunyai beberapa jenis,
antara lain:
a. Proposisi empirik
yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas dapat memanfaatkan
potensinya.
b. Proposisi
mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk melakukan benar
atau salahnya. Misalnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum pernah menikah.
c. Proposisi
hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
Misalnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.
d. Proposisi
kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
Misalnya: X akan menikahi Y.
e. Proposisi
positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
Misalnya: Semua hewan akan mati.
f. Proposisi
positif persial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut
bersifat positif. Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
g. Proposisi
negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya:
Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h. Proposisi
negatif persial yaitu kebalikan dari proposisi positif persial.
Misalnya: Sebagian orang hidup menderita.
4.
Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti,
dan terarah menuju suatu kesimpulan.
5.
Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan),
argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6.
Sistematika yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur
proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7.
Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8.
Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah
topik yang akan dianalisis.
9.
Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi
analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian
(argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya
atau kesalahannya.
11. Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan
deduktif.
12. Kesimpulan (simpulan)
yaitu penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.
2.3
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif
adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat
umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri dengan simpulan khusus yang
berupa prinsip. Karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan
teknik pengembangannya maupun uraian isinya.
Karangan kualitatif
sering digunakan dalam pembahasan masalah-masalah humaniora (sastra,
kemanusiaan, cinta kasih, penderitaan, dan lain-lain). Namun, kualifikasi
produk yang bernilai ekonomi, seperti: keindahan pakaian, kecantikan,
keserasian, dan lain-lain dapat pula menggunakan jenis karangan ini.
Dalam karangan
(laporan penelitian) deduktif kuantitatif ditandai dengan penggunaan angka
kuantitatif yang bersifat rasional. Secara rinci proses tersebut menguraikan :
1.
Bidang observasi: berdasarkan bidang studi kajian,
2. Rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas,
3. Kerangka teori: berisi pada pembahasan variabel,
4. Tujuan: tahap kegiatan yang hendak dicapai,
5. Rumusan hipotesis dan penjelasannya,
6. Deskripsi data: diperlukan untuk pengujian hipotesis,
7. Desain penelitian (metode penelitiana): proses pengumpulan data, pengolahan,
hasil analisis data, sampai dengan simpulan,
8. Analisis data,
9. Hasil analisis, dan
10. Simpulan deduktif: interpretasi atas
hasil
Bahasan topik karangan
berdasarkan penelitian tersebut relatif rumit dan sulit. Namun, sebuah karangan
dapat ditulis dalam bentuk yang sederhana dan mudah. Pengembangan topik dapat
dilakukan berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran sederhana,
sebab-akibat, deduksi sederhana, induksi sederhana, dan sebagainya.
Karangan disusun
berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangan dalam urutan logis, sistematik,
jelas, dan akurat. Urutan dapat disususn berdasarkan urutan peristiwa, waktu,
ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan
sebagainya.
a.
Urutan Peristiwa (Kronologis)
Karangan dengan urutan
peristiwa secara kronologis ialah menyajikan bahasan berdasarkan urutan
kejadian. Peristiwa ini terjadi kemudian diuraikan lebih dulu, peristiwa yang
terjadi kemudian diuraikan kemudian.
Untuk menyusun kronologi peristiwa,
perhatikan kata-kata dan frasa berikut ini :
ü dalam peristiwa itu,
ü peristiwa itu diawali
dengan, dilanjutkan dan diakhiri,
ü ketika itu,
ü sebelum,
ü sementara,
ü mula-mula, akhirnya,
ü pertama, kedua,
ketiga, selanjutnya, akhirnya,
ü setelah itu, diawali,
lalu, kemudian, akhirnya,
ü pada hari itu,
ü akan, sudah, sedang,
b.
Urutan Ruang
Urutan ruang
dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk menyatakan
urutan ruang itu antara lain kita dapat mengguanakan ungkapan-ungkapan:
ü di sana, di sini, di
situ,
ü di, pada,
ü di bawah, di atas, di
tengah,
ü di utara, di selatan,
ü di depan, di muka, di
belakang,
ü di kiri, di kanan,
ü di luar, di dalam,
ü berhadapan, bertolak
belakang dengan, berseberangan,
ü melalui, belok kanan, belok
kiri, ke depan,
ü ke atas, ke samping,
c.
Urutan Alur Penalaran
Berdasarkan alur
penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan umum-khusus dan
khusus-umum. Urutan ini menghasilkan paragraf deduktif dan induktif. Dalam
karangan yang panjang terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.
Urutan umum-khusus
banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang paragraf-paragrafnya
dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah dipahami isinya.
d.
Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat
dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan gagasan yang dikemukakan.
Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang paling penting sampai kepada
yang paling tidak penting atau sebaliknya.
2.4
Salah Nalar
Salah nalar yaitu
gagasan, perkiraan, kepercayaan, atau kesimpulan yang keliru atau sesat. Di
bawah ini, ada 10 macam salah nalar yang dapat disaksikan dalam karangan.
1. Diduksi yang salah
2. Generalisasi yang terlalu luas
3. Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
4. Salah nilai atas penyebab
5. Analogi yang salah
6. Penyimpangan masalah
7. Pembenaran pokok masalah lewat pokok sampingan
8. Argumentasi Ad-Huminem
9. Imbauan pada keahlian yang disangsikan
10. Nonseguitur
2.5
Isi Karangan
Isi karangan dapat
berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri sesuatu, dan
sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya.
Karya ilmiah berisi ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas permasalahan,
pembahasan, dan pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan
dengan fakta, generalisasi, spekifikasi, klasifikasi, perbandingan dan
pertentangan, sebab-akibat, analogi, dan perkiraan (ramalan).
2.5.1
Generalisasi dan Spesifikasi
Generalisasi adalah
pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Di
dalam pengambangan karangan, generalisasi perlu ditunjang pembuktian
dengan fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan
spesifikasi atau ciri khusus.
Ungkapan generalisasi:
● terbesar, ter ... ● paling besar,
● semua, setiap ● tidak pernah,
● pada umumnya, ● secara keseluruhan,
Ungkapan pendukung:
● cenderung, ● pada umumnya,
● sebagian besar, ● galibnya,
● selalu, ● dukungan kuantitatif (angka)
Generalisasi
yang mengemukakan fakta disebut generalisasi faktual atau opini. Generalisasi
faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi yang berupa
pendapat atau penilaian (value judgement). Fakta mudah dibuktikan atau diuji.
Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut
1) a. Kependudukan merupakan masalah pokok
dunia.
b. Baginya masalah itu
terlalu remeh.
2)
a. Guru adalah tenaga kependidikan.
b. Sudah selayaknya guru disoroti oleh
masyarakat.
Dengan segera
dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan a mengemukakan fakta, sedangkan b
mengemukakan penilaian/pendapat.
2.5.2
Klasifikasi
Klasifikasi adalah
pengelompokan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu. Klasifikasi
ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang mengelompokkan objek menjadi
dua kelompok, misalnya: manusia terdiri dari dua jenis yaitu pria dan wanita,
dan klasifikasi kompleks yang mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau
lebih, misalnya: usia manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok,
yaitu anak balita, anak usia sekolah SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan
manula.
Dalam pengembangan
karangan, klasifikasi merupakan karangan sejenis generalisasi. Fakta
mengemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi biasa dan generalisasi
klasifikasi.
Contoh :
a. Bahasa-bahasa di
Madagaskar, Formosa, Filipina, dan Indonesia termasuk rumpun bahasa
Austronesia. (generalisasi klasifikasi).
b. Semua mahasiswa mampu berpikir mandiri. (generalisasi).
2.5.3
Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan ialah
membahas kesamaan dan kemiripan. Sedangkan pertentangan ialah
membahas perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-kalimat berikut merupakan indikator
perbandingan dan pertentangan.
→ Dahulu di gunung
kidul air sangat langka, sekarang mudah didapat.
→ Anak muda sekarang
lebih bebas bergaul daaripada anak muda dahulu.
→ India adalah negara
benua sedangkan Indonesia adalah negara maritim.
→ Perbedaan sistem
liberal dan demokrasi Pancasila.
Kata-kata/ungkapan
yang dipergunakan untuk menyatakan untuk perbandingan dan pertentangan di
antaranya:
Untuk membandingkan:
● sama dengan, ● seperti,
● seperti halnya, ● menyerupai,
● hampir sama dengan, ● selaras dengan,
● sesuai dengan, ● tepat sama dengan,
● demikian juga, ● sama saja,
● serupa dengan, ●
sejalan dengan
Untuk
mempertentangkan:
● berbeda dengan, ● bertentangan dengan,
● berlawanan dengan, ● .... sedangkan ....,
● sebaliknya ● dipihakn lain,
● halnya dengan, ● meskipun,
● lain halnya dengan, ● kurang dari,
● tidak sama dengan, ● akan tetapi.
2.5.4
Sebab dan Akibat
Suatu peristiwa dapat
menyebabkan serangkaian akibat sehingga timbullah serangkaian sebab-akibat.
Berikut merupakan proses mengarang dengan penalaran sebab-akibat:
1) Menentukan topik,
2) Menentukan pola,
3) Menentukan sebab,
4) Mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab,
5) Menjelaskan sebab-sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu terjadi,
6) Menyebutkan/menjelaskan akibat yang ditimbulkan.
Kata atau ungkapan yang lazim digunakan:
● oleh sebab itu, dengan pertimbangan
bahwa ●
oleh karena itu,
● akibatnya, ● alhasil, jadi,
● sebab, ● dengan alasan itu,
● dengan alasan itu, pengalaman
membuktikan bahwa, ● karena.
2.5.5 Analogi
Analogi adalah bentuk
suatu kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih objek yang berlainan. Secara
garis besar analogi dapat dibedakan atas:
1. Analogi Sederhana
● Mudah dipahami karena mencari persamaan dua objek
yang tidak menuntut penjelasan fakta secara mendalam
● Mencari persamaan dua objek berdasarkan
salah satu dari objek tersebut yang sudah diketahui.
Contoh: Gadis itu bagaikan bunga mawar di kelas kami.
2.
Analogi yang berupa kiasan
● Sulit
dipahami karena bersifat subjektif.
● Mencari
persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.
Contoh: Daya pikir
mahasiswa itu tajam.
3.
Analogi deklaratif
● Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal
berdasarkan persamaannya dengan objek yang sudah dikenal.
● Tidak
menghasilkan simpulan.
● Tidak
memberikan pengetahuan baru.
● Kata-kata yang digunakan dalam analogi
deklaratif adalah bagaikan, laksana, seperti, bagai.
Contoh:
Ia berdiri di depan
kelas dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan Batara Kala yang
sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan kirinya di meja,
seperti militer siap tembak musuh. Ia memukul meja di hadapannya, sambil
berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti guntur di
musim panas. Semua orang yang hadir terdiam dan mengerut seperti bekicot
disiram garam.
4.
Analogi induktif
● Menjelaskan
suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.
● Menghasilkan
suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).
● Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi
objek yang lain, berdasarkan persamaan ciri.
● Kata-kata
yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh:
Pada pertengahan Juli 1981, Saya pergi
ke kampus London University untuk mengikuti kuliah pagi. Masih ada waktu 30
menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka Saya dapat berjalan santai sambil
menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba Saya
mendengar teriakan, “ Halo Indonesia “. Saya menengok ke arah suara, sambil
bertanya, “ How do you know ? “ . Meraka bertiga menjawab dalam bahasa
Indonesia, “ Mudah saja, walaupun Anda tampak seperti orang philipin, jalan
Anda persis orang Indonesia. Santai ! “. Dengan pengalaman itu, saya perlu
mengubah jalan Saya. Walaupun tidak secepat orang Inggris atau orang Eropa pada
umumnya. Mereka benar. Orang berjalan santai berisiko dicopet, dipalak, atau
sejenisnya. Tegasnya, Saya harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang Eropa.
2.5.6
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah
penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Misalnya, tembok ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan.[3]
2.5.7 Ramalan dan Perkiraan
Ramalan adalah semacam
inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang
akan datang. Ramalan dibedakan menjadi atas ramalan tidak ilmiah dan ramalan
ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah ramalan yang diperoleh melalui prosedur
yang tidak ilmiah. Misalnya, sesuatu yang bersifat gaib. Ramalan ilmiah disusun
berdasarkan hasil penalaran ilmiah, perhitungan atas fakta, pengalaman empirik,
pengujian, atau analisis ilmiah.
Kata-kata yang lazim
digunakan dalam perkiraan:
→
memperkirakan/diperkirakan, →
ditaksir,
→ sangat mungkin, → boleh jadi,
→ anggapan, → dapat diproyeksikan,
→ mungkin, → diduga
akan.
2.6 Simpulan
Data yang dianalisis
dan dievakuasi menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis dapat diinterpretasikan
menjadi suatu simpulan yang dapat barupa: perkiraan, implikasi, inferensi, atau
tindakan.
a.
Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore
hari ini tidak hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih
terlihat pada saat simpulan dibuat.
b.
Inferensi diambil berdasarkan analisis
yang bersumber pada referensi atau rujukan. Misalnya: Majapahit adalah kerajaan
di Jawa timur yang mengalami kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih
Gajah Mada. Simpulan tersebut didasarkan pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang
masih diamati sebagai argumentasi.
c.
Tindakan adalah simpulan yang dilakukan
sebagai tindak lanjut dari suatu kajian. Misalnya: Setelah dilakukan studi yang
mendalam, sebuah perusahaan hampir bangkrut karena mesin teknologi yang
digunakan sudah usang. Alternatif solusi, menjual perusahaan dengan harga murah
atau meminjam uang di bank untuk peremajaan mesin produksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penalaran karangan ialah proses berpikir
logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan
sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian
baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah
analisis induktif dan deduktif.
2. Induktif dan deduktif pada dasarnya merupakan
proses bernalar yang nantinya akan menghasilkan suatu simpulan.
3. Dalam karangan terdapat isi karangan.
Isi karangan tersebuta meliputi generalisasi, klasifikasi, perbandingan dan
pertentangan, sebab dan akibat, analogi, ramalan dan perkiraan, dan simpulan.
DAFTAR PUSTAKA
ü https://id.wikipedia.org/
ü http://andhitaririe.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar