KASUS:
Belakangan ini di internet “Human Resource”, hangat
dibicarakan mengenai isu menghadapi karyawan ‘nakal’. Kasus-kasus indisiplin
karyawan, diakui sulit untuk dihindarkan, hampir di semua organisasi selalu
saja ada orang-orang yang ingin menyimpang dari prosedur dan kesepakatan. Kalau
sudah begini, bagaimana orang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menangani
bila ada karyawannya yang ‘nakal’? Misalnya pada kasus:
1.
Terlambat 90 menit
2.
Menemukan video tidak senonoh dari seorang karyawati
dengan lawan jenis
ANALISA :
1.
Seorang karyawan yang terlambat 90 menit datang ke
kantor dengan tidak sengaja karena ada halangan seperti ban bocor, hal ini
perlu dimaklumi oleh seorang manajer. Namun apabila keterlambatan 90 menit oleh
karyawan dilakukan sengaja setiap hari. Karena karyawan tersebut yakin dari
kebiasaannya itu, gajinya tak akan dipotong oleh perusahaan yang menganut
“all-in”, dimana hanya ada gaji pokok. Perilaku ini yang dikhawatirkan orang
Human Resource akan menular kepada para rekannya, yang juga berakibat menggangu
produktivitas perusahaan.
2.
Seorang manager HR dibuat pusing lantaran di
kantornya, ia menemukan vidoe tidak senonoh dari seorang karyawati dengan lawan
jenis. Si karyawati berdalih bahwa hal ini dia (pelaku) lakukan di luar kantor
dan diluar jam kerja serta dilakukan atas dasar suka sama suka, sehingga dia
keberatan kalo dijatuhi sanksi karena menurut pelaku hal ini tidak ada hubungan
dengan pekerjaan. Kalupun sampai ketahuan menurut pelaku hal ini dianggap
sebagai resikonya sendiri.
Dua contoh kasus tersebut, perlu mendapat perhatian
serius dari manajemen. Perusahan perlu untuk menegakkan kedisiplinan terhadap
karyawannya. Disiplin dibagi menjadi dua yakni disiplin preventif dan disiplin
korektif. Disiplin preventif untuk pencegahan agar karyawan disiplin melakukan
aturan yang ada dalam perusahaan sehingga tidak melakukan pelanggaran seperti
dua kasus tersebut. Sedangkan disiplin korektif berupa hukuman, yang diberikan
bila karyawan sudah melakukan pelanggaran supaya karyawan dapat memperbaiki
pelanggarannya, menghalangi karyawan lain melakukan kegiatan serupa, dan
menjaga standar kelompok agar tetap konsisten dan efektif. Untuk pelanggaran
yang sudah dilakukan berulang-ulang, perusahaan melakukan disiplin progresif
yakni melalui tahap-tahap :
1. Teguran
lisan oleh manajer
2. Teguran
tertulis dengan catatan file personalia
3. Skorsing
pekerjaan hingga 3 hari
4. Skorsing
pekerjaan hingga satu minggu
5. Penurunan
jabatan (demosi)
6. Pemecatan
KESIMPULAN :
Dari studi kasus mengenai keterlambatan 90 menit dan
ditemukannya video tidak senonoh dari seorang karyawati dengan lawan jenis
dikarenakan tipe masalah karyawan di kantor. Tipe masalah di kantor dapat
dibagi tiga yakni; terlalu santai, tidak menyadari kesalahannya, dan yang
menyadari kesalahannya lalu memperbaikinya. Perusahaan perlu memperhatikan
masalah ini dengan serius dengan menegakkan kedisiplinan. Disiplin dibagi dua
yaitu disiplin preventif dan preventif korektif. Dapat juga perusahaan memilih
disiplin progresif untuk menindak karyawan yang telah melakukan pelanggaran
berulang-ulang.
SOLUSI:
- Posisikan diri pada sudut pandang orang bermasalah. Kenali persepsinya terhadap pekerjaannya untuk mengetahui akar masalah, mengapa ia menjadi orang bermasalah. Setelah akarnya didapat, diskusikan dengannya untuk mengatasi masalahnya.
- Berikan solusi, bukan sekadar kritik. Orang cenderung defensif terhadap kritik, tapi lebih terbuka bila diajak duduk bersama membicarakan masalah, dan bagaimana solusinya. Bawahan merasa dimanfaatkan, jika tidak dilibatkan dalam penyelesaian masalahnya. Orang cenderung destruktif ketimbang kooperatif, jika sekadar dikritik.
- Berikan perhatian dan pengertian. Ajak ia berbicara dari hati ke hati, bahwa ia pun bagian dari tim yang sangat penting bagi keberhasilan secara keseluruhan. Tegaskan kontribusi setiap orang penting bagi keberhasilan perusahaan.
- Berikan apresiasi dan dukungan. Orang bermasalah, terlebih yang tergolong low self esteem, cenderung amat irasional dan sulit diajak berbicara secara rasional. Untuk itu, atasan atau koleganya, harus rajin memberi apresiasi jika ia melakukan pekerjaannya dengan baik. Apresiasi tak harus berupa hadiah, bisa pujian atau sekadar tepukan di pundaknya. Bisa pula melibatkannya dalam proyek yang sekiranya ia sanggup menggarapnya. Keberhasilan proyek bisa membangkitkan rasa percaya dirinya.
- Orang bermasalah tipe high self esteem, mesti pula diajak bicara dari hati ke hati. Tipe ini cenderung memiliki harga diri tinggi, jangan sekali-kali merendahkan egonya dengan mengatakan bahwa ia tak bisa bekerja sendiri. Berilah kesan bahwa ia sangat dibutuhkan rekan-rekannya agar bisa mencapai hasil maksimal.
6 komentar:
ijin copas ya :)
ijin copas ya :)
selamat pagi, saya izin copas ya. untuk contoh mata kuliah saya. terima kasih :)
Selamat sore, saya izin copas ya, untuk contoh tugas mata kuliah saya. terimakasih
Izin copast ya, buat jawaban soal Uas. Dosen saya emng kaga ada niat kerjanya buat ngajar. Bikin soal uas pun masih nyari di blog. Wkwkwk
Izin copas ya
Posting Komentar